Andi, dan kehidupan barunya

Pada suatu hari, di Sekolah Menengah Atas Negri di sebuah kota kabuaten, pada saat istirahat, banyak anak-anak kelas 1 atau kelas X saling berkenalan. Makum, saat itu awal tahun pelajaran baru. Disini yang akan diceritakan adalah Andi, seorang anak yang tidak punya satupun teman SMP yang melanjutan studinya di sekolah Andi. Namun, cerita ini hanaya akan menceritakan kisah Andi di kelas 1. Awalnya dia pendiam, karena ia belum mengenal satupun orang di SMA ini. Tetapi, anak-apnak yagn lain kebanyakan tidak seperti dia. Mereka memiliki teman dari SMP. Ini terjadi karena Andi memilih untuk tidak mengikuti teman-temannya yang lain yang memilih bersekolah di kota. Kata Andi, “ngko nek aku sekolah nang kutha ndakne ming kakean Dugem aku” atau ada sbagian temannya bahkan pacarnya yang bersekolah di sebuah SMA ternama di daerahnya. Andi juga tidak memilih untuk bersekolah di SMA Swasta yang satu yayasan dengan SMPnya dulu ataupun mengikuti pacarnya. “Ndakne kancane ming kuwi-kuwi wae” katanya.

Kembali ke SMA baru Andi. Pada saat MOS, Andi mulai berkenalan dengan beberapa teman di kelasnya, Kelas XA sementara. Disebut sementara karena memang masih sementara. Menunggu siswa yang masuk aksel. Kalau tidak salah ada 37 siswa termasuk dia, 12 laki-laki dan 25 perempuan. Cukup banyak memang. Tetapi pada akhirnya hanya tersisa 32 orang. Awalnya, Andi berkenalan dengan Tejo yang akhirnya masuk ke kelas “Acceleration”. Dan dari Tejo inilah, ia mengenal teman yang lain. Bahkan teman beda kelas. Ia sangat senang sekali, akhirnya, ia sudah mendapat teman. Ia pun juga dikenalkan dengan pacarnya Tejo. Surti namanya. Dan entah mengapa, Andi sedikit “Berharap” kepada Surti. Namun ia kembali berkata “mosok yo aku golek pacar meneh to??”

Di balik kesenangannya mendapat teman baru, sebenarnya ia sangat sedih. Karena pada saat itu, ia menjadi jarang bertemu dengan pacarnya. Hubungan dengan pacarnya pun menjadi renggang. Dan tak lama kemudian, hubungan mereka pun putus total. Tanpa ada hubungan lagi sedikitpun. Andi pun measa sangat kecewa dan tak henti-hentinya menyalahkan dirinya.

Tapi beruntung bagi Andi. Setelah ia mendekati seorang “cewe” satu gerejanya, ia sudah mulai bisa menerima kenyataan yang sangat pahit itu, dan mulai membuka lembaran baru. Namanya Bella. hohMereka berduapun sangat nyaman dengan hubungan TTM karena mereka sudah berkomitmen untuk tidak berpacaran sebelum kedua orangtua mereka mengijinkan mereka berpacaran. Walau sebetulnya kedua orangtua mereka sudah menyetujui hubungan mereka.

Kembali ke sekolah. Kini teman Andi di sekoloah sudah sangat banyak sekali. Di lain kelas pun, ia juga punya banyak orang yang dikenalnya. Tak sedikit pula guru yang dikenalnya.

Sebenarnya, jika ditanya, Andi sangat kecewa bersekolah di sini. Selain tidak bisa menyalurkan hobinya, main alat musik, ia juga merasa “dibiarkan” di sekolah ini. Maklum, sebelumya, sejak TK ia bersekolah di sekolah swasta. Di SD dan SMPnya dulu pun ia punya “nama”. Tetapi sekarang, ia hanya jadi orang biasa yang sama dengan yang lain. Tak ada yang spesial seperti dulu. Namun, ia sudah tau sebelumnya kalau seperti ini. Setelah Ujian Nasional SMP, ia sering bertanya-tanya dengan anak “negri” bagaimana sebenarnya rasanya sekolah di sekolah negri.

Tak tahu kenapa, karena kekecewaannya ini atau karena ditinggal orang yang sangat disayanginya, prestasinya menurun drastis. Andi yang dulu belum pernah dibawah 10 besar di kelasnya, sekarang malah hampir tidak pernah masuk 20 besar. Bella pun tak henti-hentinya memberi support kepada Andi supaya segera bangkit dari keterpurukannya ini.

Untuk urusan “Cewe” di sekolah, dia tidak se’liar’ waktu SMP. Ia sudah berkomitmen jika ia mencari ‘pacar’, harus “Seiman”. ”Nggak boleh ‘berjilbab’ ” katanya. Namun, hatinya mulai goyah ketika pada suatu hari, secara tidak sengaja ia mengikuti anak satu kelasnya yang sebetulnya belum kenal. Ia hanya hafal dengan helmnya. Karena gerimis dan makin deras, anak yang diikutinya pun berhenti untuk menggunakan jas hujan. Andipun mendekatinya dan bertanya “omahmu ki ngendi ee??” “Seh adoh” jawabnya. Setelah selesai memakai jas hujan, merekapun kembali meneruskan perjalanan.

Paginya, Andi bertanya pada temannya, “Kae ki sopo to jenenge ki?” “ani ndi. Kowe seneng po?? Hahaha” Jawab temannya. “Wah yo ora kok. Ning yo mbuh nek ming urung. Hohoho”. Sebenarnya Andi seperti “Cinta pada pandangan pertama”. Pas pertama lihat wajahya, dia langsung seneng. Tapi apa boleh buat, Ani ‘berjilbab’. Jadi, Andi tidak berharap banyak dengan Ani. Merekapun hanya bertukar nomer HP. Dan di waktu-waktu berikutnya, mereka mulai akrab walaupun hanya di HP saja. Di kelas mereka berdua hampir tidak pernah ngobrol. Jangankan ngobrol. Bertatap mukapun jarang.

Satu hal yang membuat Andi sangat terkagum-kagum dengan Ani. Pada suatu ketika, saat Andi kurang kerjaan, ia mencoba mengikuti Ani. Ia penasaran dimana sebenarnya rumah Ani. Penghitung jarakpun sudah diset dari nol. Seperti biasa, mereka pulang bersama. Ani di depan, Andi mengikutinya. Tetapi, karena Ani tidak tahu kalau Andi berniat untuk mengikutinya, setelah sampai dekat rumah Andi, Ani pun langsung tancap gas. Dan karena Andi kehabisan bahan bakar, ia mengisi bahan bakar terlebih dahulu di SPBU dekat rumahnya dan kemudian langsung ikut tancap gas menyusul Ani. Tetapi, demi alasan keamanan, Andi tidak dekat-dekat dengan Ani. Takut ketahuan. Dan betapa kagetnya Andi setelah mengetahui rumah Ani, katanya “Ki wedok saben dina menyang mulih dalane menggak-menggok munggah-mudun geg adoh’e koyo ngeneki ki kok yo betah yo??”

Certia pun berlanjut. Karena hampir setiap hari mereka pulang sekolah bersama, dan ada yang menemukan obrolan mereka di HP, teman-teman XA pun sering “macokke” mereka berdua. Walaupun Ani sudah ada yang “Punya”. Tetapi itu semua ditanggapi Andi dengan dingin. Ia sudah tidak akan menginginkan hubungan yang lebih dari Ani. Bella pun sering mengingatkan “ojo ngasi seneng karo cah bedo agomo, ngko repot urusanne, ndadak iki lah, iku lah. Lan ojo lali, le sinau dikandeli.”

Dan sampai saat inipun Andi sering pulang bahkan “sengaja” berangkat bersama Ani. Karena sebetulnya di dalam “lubuk hati Andi yang terdalam” ada sedikit kekhawatiran. Apalagi sejak Andi melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ani mendapatkkan sebuah kecelakaan lalu lintas saat pulang dari kegiatan sekolah.

Sampai saat ini juga mereka tak pernah ngobrol di kelas. Tak tahu kenapa. Apa ada sesuatu yang disembunyikan, atau yang lain. Mereka masih tetap berhubungan dengan HP.




nb : jenenge dikarang kabeh iki rek. tapi yo ono sing meh persis karo sing asline
** bagi sing ngerti ceritane, sori banyak yang tak edit alur'e. ndak ketoro banget soal'e

Comments

Anonymous said…
I LIKE this! #ThumbUp
Siapa saya? Klik di sini untuk melihat profil saya.
Unknown said…
kok mah takon ki piye??

Popular Posts